BUTON, LINKSULTRA.COM – Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, dikenal sebagai daerah penghasil Aspal Buton, salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Potensi ini tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Buton, seperti Desa Kabungka dan Desa Nambo. Namun, hingga saat ini, distribusi Aspal Buton belum optimal meskipun telah mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Presiden Joko Widodo, misalnya, beberapa kali mendorong penggunaan Aspal Buton dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Sayangnya, produk Aspal Buton, seperti Lawele Granular Asphalt (LGA) dan Cold Paving Hot Mix Asphalt (CPHMA), masih kalah bersaing dengan aspal minyak, baik dari sisi harga maupun kualitas. Salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya peran pelabuhan dalam mendukung distribusi produk ini.
“Pelabuhan memegang peran strategis dalam perekonomian, baik sebagai simpul distribusi maupun pintu gerbang interaksi sosial dan ekonomi antarpulau. Sayangnya, potensi Pelabuhan Nambo di Kabupaten Buton belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk distribusi Aspal Buton,” ujar Dr. Ir. H. Hado Hasina, MT, Dosen Teknik Sipil Universitas Sulawesi Tenggara sekaligus ketua tim penelitian terkait.
Peran Penting Pelabuhan Nambo
Pelabuhan Nambo, yang terletak di Desa Nambo, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, saat ini berstatus sebagai pelabuhan pengumpan lokal di bawah pengelolaan UPP Kelas I Pelabuhan Baubau. Pelabuhan ini menjadi salah satu fasilitas distribusi Aspal Buton dalam bentuk kemasan karung berukuran 10–50 kg. Namun, fungsi pelabuhan ini belum berjalan maksimal.
Menjawab tantangan ini, tim peneliti yang terdiri dari akademisi dan praktisi dari Universitas Sulawesi Tenggara dan pemerintah daerah melakukan kajian mendalam untuk mengembangkan model optimalisasi Pelabuhan Nambo. Penelitian ini mendapat pendanaan dari Kemendikbud-Ristek melalui Ditjen-Diktiristek dengan skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) Tahun Anggaran 2024.
Hasil Kajian dan Rekomendasi
Menggunakan pendekatan Analytical Hierarchical Process (AHP), tim peneliti menyimpulkan beberapa prioritas pengembangan Pelabuhan Nambo:
1.Pengembangan infrastruktur pelabuhan.
2.Modernisasi sistem logistik.
3.Pembangunan pelabuhan baru.
4.Optimalisasi kolaborasi antar-stakeholder.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur pelabuhan menjadi prioritas utama. Selain itu, diperlukan modernisasi sistem logistik untuk meningkatkan efisiensi distribusi Aspal Buton,” jelas Ir. Vickky Anggara Ilham, ST, MT, salah satu anggota tim penelitian.
Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan model tata letak pengembangan Pelabuhan Nambo yang diharapkan dapat mempercepat proses distribusi dan mengurangi biaya logistik.
Dampak bagi Kabupaten Buton
Optimalisasi Pelabuhan Nambo tidak hanya berdampak pada distribusi Aspal Buton, tetapi juga berimplikasi besar terhadap perkembangan Kabupaten Buton. Dengan distribusi yang lebih efisien, Aspal Buton dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pembangunan infrastruktur nasional.
“Jika distribusi Aspal Buton meningkat, ini akan menjadi peluang besar untuk meningkatkan perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja baru di Kabupaten Buton,” kata Maudhy Satyadharma, ST, dari Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Ir. Aldinoman, ST.,MT mengatakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan pemangku kebijakan dalam mengoptimalkan potensi Pelabuhan Nambo.
“Dengan langkah strategis yang tepat, Kabupaten Buton dapat berkembang menjadi pusat distribusi Aspal Buton yang berdaya saing tinggi di tingkat nasional dan internasional,” singkatnya.
Laporan : Rul R.