Penulis : Rusli
Akademisi
MAKASSAR, LINKSULTRA.COM – Ungkapan sederhana“Rusli 05/02/2024 Kelahiran Himpunan Mahasiswa Islam pada tanggal 5 Feberuari 1947 dua tahun setelah indonesia merdeka yang tidak tidak terlepas dari permasalahan bangsa yang didalamnya mencakup Ummat Islam sebagai suatu kesatuan dinamis dari bangsa Indonesia, yang sedang mempertahankan kemerdekaanya. Sebagai organisasi kader yang sudah berumur 77 tahun. Terpahat dalam artefak sejarah Indonesia, HMI didirikan dengan tujuan pertamanya untuk mempertahankan Negara Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Setidaknya, dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI terdapat tiga aspek untuk mewujudkan kerukunan hidup umat beragama di Indonesia, yaitu: aspek ketauhidan (Ketuhanan Yang Maha Esa), aspek kemanusiaan dan aspek kemasyarakatan.Ketiga aspek ini akan membawa hubungan antar agama lebih terbuka, toleran dan harmonis. Bila dilihat secara historis awal berdirinya, HMI tidak memiliki arah intelektual yang jelas terhadap asas Islam yang menjadi dasar dan landasan organisasi dalam berjuang.
Asas Islam yang digunakan HMI pada awal berdirinya hanya sebatas semangat, tanpa suatu pemahaman mendalam atas Islam itu sendiri. Islam sebagai landasan ideologis adalah system nilai yang secara sadar dipilih untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan serta masalah yang terjadi dalam komunitas masyarakat yang transformative ini, dari komunitas ini perlu peningkatan transformative terhadap ajaran-ajaran dasar Islam, tentang persaudaraan universal (Universal Brotherhood), Keseteraan (equality), Keadilan social (social Justice) dan Keadilan ekonomi (economie justice).
Lebih jauh fenomena yang terjadi di HMI semakin memprihatinkan, karena selama pertumbuhannya sampai tahun 60-an, HMI lebih banyak telibat dalam gerakan-gerakan fisik dan politik praktis daripada gerakan-gerakaan yang bersifat intelektual.
Dengan demikian perkembangan teknologi terbarukan di era society 5.0 atau bisa diartikan masyarakat 5.0 merupakan sebuah konsep yang dicetuskan oleh pemerintah Jepang. Konsep society 5.0 tidak hanya terbatas untuk fakor manufaktur tetapi juga memecahkan masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual (Sakti, 2021). Society 5.0 memiliki konsep teknologi big data yang dikumpulkan oleh internet og things (Iot) diubah oleh Artifical Inteligence, oleh sebab itu para kader khususnya kader HMI harus mampu bersaing untuk memahami juga menjadi ujung tombak di era disrupsi 5.0 sehingga masyarakat bangsa ini bisa bersaing dengan masyarakat yang ada diluar Negara Bangsa Indonesia. Dengan itu Untuk menghadapi era revolusi industri 5.0, diperlukan pendidikan yang dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif.
Kehadiran HMI sebagai organisasi Islam dan perjuangan di tengah-tengah perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan menuntut kader-kadernya untuk menjadi fenomena baru dalam instrument dakwah perjuangan Organisasi Islam ditengah masyarakat. Kader HMI harus mampu menjamin kontinuitas (keberlanjutan) pergerakan mahasiswa dan mampu membantu masyarakat dalam menghadapi dampak buruk dari dinamikan perubahan sosial. Dalam konteks inilah, apresiasi kita terhadap HMI menjadi sangat menarik untuk dielaborasi, HMI tentu sangat diharapkan mampu mentransformasikan gagasan dan aksinya terhadap rumusan cita yang ingin diwujudkan yakni “Terbinanya Insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggujawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT, Dilihat dalam sejarah, islam memiliki kekuatan revolusioner untuk membebaskan manusia dari ketimpangan sosial yang di akibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara kultural maupun ekonomi dan politik dan dapat meletakkan dasar-dasar bagi masa depan yang baik bagi individu maupun masyarakat dengan mengambil basis di eksternal, HMI memposisikan dirinya sebagai organisasi perjuangan yang memiliki peran dan fungsi dalam mengontrol kebijakan-kebijakan serta setiap perubahan sosial yang dapat merugikan masyarakat sekaligus melakukan usaha-usaha pengabdian kepada masyarakat dalam rangka untuk menjaga stabilitas Negara.
Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik. Tanpa terkecuali, Indonesia pun perlu meningkatkan kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan teknologi digital (Purnomo, 2021). Dalam menghadapi perubahan sosial ini, penting bagi kita untuk tetap berpegang pada nilai-nilai dan etika yang positif.
Kita harus memanfaatkan teknologi digital dengan bijak, menggunakan kebebasan berbicara dengan tanggung jawab, dan berusaha untuk membangun masyarakat yang inklusif dan adil. perubahan sosial dalam era digital adalah topik yang sensitif dan menarik. Ini membawa tantangan yang besar, seperti cyberbullying dan penyebaran hoaks, tetapi juga membawa peluang besar dalam berbagai aspek kehidupan kita. Dengan kesadaran akan dampak-dampak ini dan upaya bersama, kita dapat menjalani perubahan sosial ini dengan positif dan produktif.
Salah satu bagian yang paling penting dalam lingkup perubahan sosial yakni adanya agen perubahan itu sendiri. Menurut Adamson dan Borgos, 1984 dalam buku Sosiologi Perubahan Sosial agen utama perubahan sosial itu diartikan sebagai gerakan massa serta konflik yang ditimbulkannya.
Karena era saat ini untuk mengembangkan, menyebarluaskan dan mengimplimentasikan kedewasaan beragama adalah organisasi keagamaan. Termaksud didalamnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sebagai organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia, HMI sukses mencetak kader-kader andal untuk melanjutkan estafet pembangunan bangsa kedepan, hal ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah tokoh bangsa yang lahir dari Rahim HMI baik di ranah politik, birokrat, ulama, akademisi dan pengusaha. Kehadiran HMI sebagai organisasi Islam dan perjuangan di tengah-tengah perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan menuntut kader-kadernya untuk menjadi fenomena baru dalam instrument dakwah perjuangan Organisasi Islam ditengah masyarakat.
Kader HMI harus mampu menjamin kontinuitas (keberlanjutan) pergerakan mahasiswa dan mampu membantu masyarakat dalam menghadapi dampak buruk dari dinamikan perubahan sosial. Melihat kondisi tersebut dalam konteks keummatan dan kebangsaan, maka tuntutan reposisi HMI menjadi sesuatu yang sangat urgen untuk disahuti, walaupun belum optimalnya pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan anggota dan pengurus HMI hampir semua tingkatan kepengurusan tentang khasanah–khasanah ke-HMI-an dengan keorganisasian yang kemudian, kita melakukan evaluasi atas kebijakan posisioning organisasi selama ini untuk menjawab berbagai tantangan zaman, yang terus bergolak upaya menjawab tantangan menuju 77 tahun bakti HMI untuk Indonesia Emas dengan berpegang teguh pada lima kualitas insan cita HMI” kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan yang bernafaskan islam, dan kualitas insan bertanggungjawab untuk mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan umat dan bangsa.
#Selamat MILAD Himpunan Mahasiswa Islam Ke 77 bakti HMI untuk Indonesia