Rilis LSI Denny JA Soal Survei Pilgub Sultra Dinilai tidak Akurat

Politik368 Dilihat

KENDARI, LINKSULTRA.COM– Pengamat Politik Sulawesi Tenggara (Sultra), Dr M. Najib Husain menilai hasil survei ‘Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA 65% warga Sultra memilihbgubernur karena aspek kemampuan ekonomi sangat tidak komprehensif dan akurat.

 

Menurut dia, seharusnya hasil survei oleh LSI Denny JA yang dirilis diharapakan bisa memberikan pembelajaran politik utamanya kepada lembaga-lembaga survei yang ada di Sultra.

 

” Misalnya, tentang bagaimana memaparkan hasil survei yang komprehensif dan tidak hanya mengambil bagian-bagian yang bisa menguntungkan bagi perseorangan atau kelompok saja,” ungkap dia saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (02/05/24).

 

“Saya melihat sebenarnya satu persoalkan besar harus diungkap oleh LSI tentang hasil surveinya dan saya yakin dia punya tentang pertanyaan apa latar belakang dari calon gubernur yang paling dibutuhkan oleh voter atau pemilih hari ini. Dan itu tidak diungkap padahal seandainya itu diungkap maka kita akan melihat bagaimana rekam jejak calon-calon gubernur yang akan tampil nantinya,” sambung Najib.

 

Penelitian Senior di Lembaga Survei Sulawesi (LSS) merincikan, para calon gubernur yang tampil pada November 2024 mendatang punya latar belakang yang berbeda mulai dari politisi, mantan birokrasi kemudian mantan dari TNI dan sebagainya.

 

Olehnya itu, backround para kandidat tersebut menarik untuk dicermati dan bisa mewarnai pengetahuan dari pemilih.

 

“Bahwa para calon-calon ini punya perbedaan-perbedaan dari latar belakang pekerjaan dan latar belakang keilmuan. Selain itu, satu pelompatan menurut saya yang dilakukan LSI adalah ketika mempertanyakan persoalan ekonomi tetapi tidak mencoba menggali seperti apa kondisi ekonomi di Sulawesi Tenggara hari ini, karena itu bagian dari pertanyaan pembuka sebelum responden ditanyakan apa yang menjadi kebutuhannya hari ini,” ungkap Najib.

 

“Selain itu, melihat kinerja Pj sekarang dan apa yang harus diperbaiki oleh gubernur selanjutnya. Tidak mungkin kita melakukan pembangunan lalu kita tidak punya dasar bahwa ada kelemahan dari gubernur sebelumnya dan Pj sebelumnya yang kemudian diperbaiki oleh gubernur selanjutnya dengan bagaimana mempersiapkan visi dan misinya,” urai dia.

 

” Itu bagian-bagian yang menurut saya hilang sehingga terkesan bahwa hasil LSI Denny JA ini lebih fokus pada persoalan pertanyaan apakah poter itu memilih calon gubernurnya berasal dari etnis di Sulawesi Tenggara atau di luar etnis Sulawesi Tenggara. poin tersebut tidak terlalu penting untuk dibahas karena yang paling penting adalah bagaimana calon-calon yang ditampilkan nanti adalah calon-calon yang betul-betul punya program kerja yang bisa memenuhi apa mejadi kebutuhan masyarakat di Sultra,” sambung Dosen Ilmu Politik Universitas Halu Oleo ini.

 

Najib menegaskan, yang harusnya digambarkan oleh lembaga survei adalah apa sangat dibutuhkan oleh para pemilih di Sultra.

 

“Dan itupun tidak tergambarkan, harusnya itu yang bisa digambarkan bahwa ada beberapa sektor yang dibutuhkan oleh voter hari ini di Sultra. Itu kemudian yang perlu kita lihat sehingga terkesan bahwa hasil dari LSI ini tidak komprehensif menurut saya dan perlu ada penjelasan dari kualitas instrumen survei yang digunakan untuk melihat seperti apa reliabilitas dan validitas dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden atau kepada voter,” terangnya.

 

“Kenapa demikian? Karena kita berharap bahwa dari hasil survei, pertanyaan yang muncul itu pertanyaan-pertanyaan yang netral bukan pertanyaan-pertanyaan negatif atau bukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggiring voter untuk kemudian lebih memberikan jawaban yang bisa saja menguntungkan bagi salah satu calon gubernur yang ada,” urai Najib.

 

Najib berharap, LSI sebagai lembaga nasional bisa memberikan pembelajaran politik kepada lembaga lokal. Sebab, hal-hal penting diungkapkan kepada publik tetapi kemudian tidak disampaikan akhrinya tidak terjadi benang merah yang bagus antara masalah ekonomi, masalah etnis dan elektabilitas calon Gubernur Sultra.

 

“Padahal ini tiga bagian satu rangkaian yang sebenarnya masih ada sesi-sesi yang perlu dia jelaskan supaya konek, akhirnya ini tidak ada korelasinya. Belum tuntas masalah ekonomi kemudian masuk tiba-tiba masalah etnis kemudian muncul elektabilitas sehingga terjadi pelompatan hasil yang tidak diungkapkan oleh LSI yang kemudian harapan kita bahwa hasil survei itu voter education itu tidak terwujud,” tandasnya.

 

Laporan : Rul R.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *