KENDARI, LINKSULTRA.COM – Kota Kendari mencatat sejarah baru pada tahun 2025 dengan terpilihnya Dr. Hj. Siska Karina Imran sebagai wali kota perempuan pertama yang memimpin Bumi Anoa.
Sosoknya yang berdarah Tolaki Konawe menjadi simbol keberlanjutan perjuangan nenek moyang Tolaki, khususnya We Koila, tokoh legendaris yang menciptakan Kalosara, simbol adat yang merepresentasikan persatuan dan keharmonisan masyarakat Tolaki.
Sejarah Pemerintahan Kota Kendari
Kota Kendari pertama kali didirikan pada 9 Mei 1831, yang berarti telah berusia 194 tahun pada 2025.
Namun, pemerintahan resmi di bawah Republik Indonesia baru dimulai pada 1988, dengan penunjukan sejumlah penjabat pemerintahan, yaitu:
1. Ady Mangilep (1988–1991)
2. Andi Kaharuddin (1991–1992)
3. Usman Sabara (1993)
4. Rasyid Hamzah (1995)
5. Lasjkar Koedoes (1995–1996)
Pada tahun 1995, Kota Kendari resmi mendapatkan status pemerintahan berdasarkan UU No. 6 Tahun 1995, yang kemudian diikuti dengan pengangkatan wali kota definitif:
1. Masyur Masie Abunawas (1996–2001, 2002–2007)
2. Asrun (2007–2012, 2012–2017)
3. Adriatma Dwi Putra (2017)
4. Sulkarnain Kadir (2019–2022)
Dalam perjalanannya, beberapa penjabat wali kota juga pernah mengisi kekosongan pemerintahan:
1. Andi Kaharuddin (2001–2002)
2. Sulkarnain Kadir (2019–2022)
3. Asmawa Tosepu (2022–2023)
4. Muhammad Yusuf (2023–2024)
5. Parinringi (2024–2025)
Siska Karina Imran, Penerus Sejarah WeKoila
Kini, tongkat estafet kepemimpinan berada di tangan Dr. Hj. Siska Karina Imran, yang menorehkan sejarah sebagai wali kota perempuan pertama di Kendari Sulawesi Tenggara .
Ia dianggap sebagai penerus perjuangan WeKoila, sosok perempuan tangguh yang pada masanya menciptakan Kalosara, simbol adat Tolaki yang merepresentasikan keharmonisan dan kepemimpinan bijaksana.
Sebagai pemimpin yang berasal dari darah Tolaki Konawe, Siska Karina Imran diharapkan dapat membawa Kota Kendari sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara menuju era baru ditengah tengah kemajemukan suku bangsa kota kendari dengan semangat persatuan dan nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan oleh para leluhur.
Penulis:
(Adi Yusuf Tamburaka, Fungsional Analis Kebijakan Madya, Pemprov Sultra)